Menurut gw sih, gw bukan termasuk siswa yang
terlalu bodoh, buktinya gw bisa mewakili sekolah dalam berbagai lomba,
diantaranya ikut MKKS paduan suara seLampung Tengah, ikut lomba KIR sekolah,
dan prestasi terbaik yang telah gw capai
adalah ketika berhasil menjadi juara I pada lomba 4 Pilar berbangsa dan
bernegara se-Lampung Tengah dan bisa mewakili Kabupaten Lampung Tengah di
tingkat Provinsi.
Kalau gak
salah sih 11 Desember 2011 adalah hari dimana pembagian hasil raport selama
belajar 1 semester di kelas 11, setelah menempuh 1 minggu ulangan semester,
inilah hasil yang akan kami dapat. Kami semua duduk di depan kelas menunggu
orang tua kami mengambil raport. Awalnya
sih gak terlalu dipikir nilai apa yang gw dapat, toh itu nilai juga bukan 100%
nilai gw murni, pernahlah curang-curang
sedikit alias nyontek hehe…, eitt…!! tapi bukan gw aja lho, kalo mau jujur hampir seluruh siswa pasti juga demikian,
makanya hampir tak ada rasa bersalah
dalam diri gw ketika melakukan hal tersebut.
Dulu kami berpendapat lebih baik nilai 9 hasil nyontek daripada nilai 7
murni.
Satu per satu orang tua dipanggil ke depan
kelas untuk mengambil raport anaknya, dipanggil menurut urutan abjad nama
anaknya. “ANASTASYA …” gw lihat ayah Anastasya
maju ke depan…, karena nama gw berawalan ‘L’ maka gw sedikit bersabar. Laverius Estu Wuri Pralampita…Wooowww….itu
nama gw dan saat itu gw tertekan, wkkwkw. Dengan gagah bapak gw maju
duduk di depan meja bapak guru, kulihat bapak gw hanya manggut-manggut
saat mendengarkan wali kelas memberikan penjelasan tentang raportku..gw
penasaran, apa sih yang diomongin guru itu…
Saat salah satu orang tua
temanku keluar dari kelas kulihat
ia langsung menghampiri anaknya, sontak teman-teman langsung bertanya :
“ rangking berapa pak – Rangking berapa pak….?”
dengan singkat bapak itu menjawab,
“Anak
saya Cuma rangking 3, keterlaluan…!!!”
Gila bro…!!! ranking 3 masih aja dimarah…
dikira gampang apa dapet peringkat tiga. Bisa masuk 10 besar aja dah bagus
banget….. Begitu seterusnya sampai bapak aku ke luar, sama seperti orang tua lainnya
beliaupun ditanya hal serupa tp yang beda ialah beliau tidak menjawab dan
langsung pulang, melihat itupun aku langsung menghampirinya tp beliau tetap
diam saja, akhirnya aku pun ikut pulang meskipun ada acara kelas setelah
pembagian raport.
Sampe dirumah masih tetap beliau tak
mengeluarkan sepatah katapun, ketika ibuku bertanya hasil nilai raportku
barulah beliau bicara, “ Anakmu rangking 2,” kata bapakku
Hahh… aku terkejut dengan jawaban bapakku,
antara tak percaya, senang dan bimbang..masa sih... mana mungkin aku bisa
seperti itu,..
“Beneran Pak?” Tanya ibuku dengan wajah sumringah
“Iya..!!! rangking 2 dari belakang” jawab bapak
sambil melempar raportku,
Gubrakkkkk……!!!!!!!!!!
Rasa malu, terpukul, sedih, kecewa semua kurasa saat itu, aku langsung
berlari menuju kamar, merenungi apa yang terjadi. Kenapa bisa begini???? Nyesek di hati, mau nangis tapi gak bias,
cumin bisa diem. Aku mulai memutar otak
kenapa aku bisa begini, mulai dari proses ulangan, sepertinya itu tidak akan
membawaku seperti ini, perasaan aku nyontek pada orang yang pinter apalagi dia
berhasil masuk 10 besar, tapi aku???
Aku mencoba mengingat keseharianku di kelas,
aku duduk di depan dan selalu berusaha memperhatikan guru mengajar. “KOQ BISA – KOQ BISA..”, kata-kata itu yang
selalu berputar putar diotakku.
Lama-lama akhirnya menetes juga air mataku, bukan karena rangking 2 dai
belakang tapi mendengar kedua orang tuaku beradu
mulut, bapak aku bertriak2, memaki, dan membodohkan aku, ibuku pun hanya
bisa menangis karena itu. Betapa aku
telah sangat mengecewakan mereka, aku yang selama ini menjadi kebanggaan mereka
sekarang hanya menjadi debu yang membuat mereka malu, bayangkan..aku peringkat
34 dari 35 siswa…bayangkan..apa yang bisa dibanggakan dari itu…
“Opo
jarene mbak-mbak mu le, nek reti kue, dikudang-kudang seng pinter dewe malah
hasile nol.” Perkataan ibuku semakin membuat hatiku sedih, aku hanya bisa
terdiam.
Setelah saat hari buruk itu aku mencoba
bangkit, mengambil puing2 hati yang pecah, putus asa selalu menghantui ku
meskipun sulit tapi selalu belajar mengalahkannya,
“ Ayo kamu pasti bisa, ayo kamu pasti bisa
menjadi orang besar,” itu kata2 dariku untuk diriku sendiri yang membuat aku
bertahan. Aku akan selalu mencoba
mengalahkan caci maki keluarga dan teman2 dekat, KARENA ITU BUKAN HASILKU.
Setelah selesai libur kenaikan kelas saatnya
untuk kembali belajar, inilah hari baru untuk
membuktikan bahwa diriku itu tidak seperti yang mereka kira. Mencoba belajar tekun meskipun sering kali
tergoda oleh teman2 untuk bermain, tp itu tidak membuatku lemah, selalu
berusaha berusaha terus, sampai akhirnya ulangan semester genap, dulu ketika
ulangan gak belajar cuman mainan di warnet, BB, sekarang mencoba untuk tidak
membaca SMS melainkan membaca buku.
Sampai 1 minggu menjalaninya
ulangan itu aku jadikan betul2 evaluasi apa yang aku dapat selama ini, berusaha
seminimal mungkin utuk melakukan kecurangan. Sampai waktu itupun
terlewati.
Ketika pembagian raport aku tidak hadir karena
masih terbayang ingatan tersebut, Aku takut membuat kecewa lagi. Bapakku pun
tidak mau mengambilnya. Akhirnya mamasku yang menggantikan bapakku . Aku hanya
bisa termenung dan berdoa di dalam kamar supaya hasilnya lebih baik. Aku sedikit pesimis karena mencontek orang
yang pinter aja begitu hasilnya apalagi sekarang bekerja sendiri. Akhirnya ketika tengah hari mamasku pulang,
aku tidak berani menanyakan raportku, tapi ibuku langsung bertanya, “estu
peringkat 19, bu”, .jawab mamasku wow…!!!
akupun sedikit tidak percaya, aku langsung melihat sendiri hasilnya dan
ternyata itu benar, aku hampir nangis karenannya. Meskipun belum bisa masuk 10 besar seperti
yang diharapkan tapi aku sanggat bangga karena ini benar2 hasilku, ini karyaku,
ini lah aku, aku langsung memeluk ibuku sebenarnya ibuku binggung kenapa aku
bisa segitu bahagia padahal cuman peringkat 19 tp menurutku itu bukan hanya sekedar peringkat tapi jerip
payah dibalik itu semua. Dan seketika itu aku masuk aku kedalam kamar dan
berdoa bertrimakasih kepada Tuhan.
Akhirnya aku merubah pendapatku, sekarang lebih
baik nilai 10 murni daripada 9 nyontek.
Lebih baik semua berasal dari kita sendiri apapun hasilnya karena itulah
kita. Menjadi diri sendiri. Apapun
bentuknya percayalah semua indah pada waktunya, jika kita mengalami hal buruk
pasti akan ada keindahan dibaliknya, ^_^