expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 03 November 2013

Segitu burukah diri gue??

 Nama gw Laverius Estu Wuri Pralampita

Menurut gw sih, gw bukan termasuk siswa yang terlalu bodoh, buktinya gw bisa mewakili sekolah dalam berbagai lomba, diantaranya ikut MKKS paduan suara seLampung Tengah, ikut lomba KIR sekolah, dan prestasi terbaik yang telah gw capai  adalah ketika berhasil menjadi juara I pada lomba 4 Pilar berbangsa dan bernegara se-Lampung Tengah dan bisa mewakili Kabupaten Lampung Tengah di tingkat Provinsi.

Kalau gak salah sih 11 Desember 2011 adalah hari dimana pembagian hasil raport selama belajar 1 semester di kelas 11, setelah menempuh 1 minggu ulangan semester, inilah hasil yang akan kami dapat. Kami semua duduk di depan kelas menunggu orang tua kami mengambil raport.  Awalnya sih gak terlalu dipikir nilai apa yang gw dapat, toh itu nilai juga bukan 100% nilai gw murni,  pernahlah curang-curang sedikit alias nyontek hehe…, eitt…!! tapi bukan gw aja lho, kalo mau jujur  hampir seluruh siswa pasti juga demikian, makanya hampir tak ada  rasa bersalah dalam diri gw ketika melakukan hal tersebut.  Dulu kami berpendapat lebih baik nilai 9 hasil nyontek daripada nilai 7 murni.
Satu per satu orang tua dipanggil ke depan kelas untuk mengambil raport anaknya, dipanggil menurut urutan abjad nama anaknya. “ANASTASYA …”  gw lihat ayah Anastasya maju ke depan…, karena nama gw berawalan ‘L’ maka gw sedikit bersabar.  Laverius Estu Wuri Pralampita…Wooowww….itu nama gw dan saat itu gw tertekan, wkkwkw. Dengan gagah bapak gw  maju  duduk di depan meja bapak guru, kulihat bapak gw hanya  manggut-manggut saat mendengarkan wali kelas memberikan penjelasan tentang raportku..gw penasaran, apa sih yang diomongin guru itu…
Saat salah satu   orang tua  temanku  keluar dari kelas kulihat ia langsung menghampiri anaknya, sontak teman-teman langsung bertanya :
“ rangking berapa pak – Rangking berapa pak….?”
dengan singkat bapak itu menjawab,
“Anak saya Cuma rangking 3, keterlaluan…!!!”
Gila bro…!!! ranking 3 masih aja dimarah… dikira gampang apa dapet peringkat tiga. Bisa masuk 10 besar aja dah bagus banget….. Begitu seterusnya sampai bapak aku ke luar, sama seperti orang tua lainnya beliaupun ditanya hal serupa tp yang beda ialah beliau tidak menjawab dan langsung pulang, melihat itupun aku langsung menghampirinya tp beliau tetap diam saja, akhirnya aku pun ikut pulang meskipun ada acara kelas setelah pembagian raport. 
Sampe dirumah masih tetap beliau tak mengeluarkan sepatah katapun, ketika ibuku bertanya hasil nilai raportku barulah beliau bicara, “ Anakmu rangking 2,” kata bapakku
Hahh… aku terkejut dengan jawaban bapakku, antara tak percaya, senang dan bimbang..masa sih... mana mungkin aku bisa seperti itu,..
“Beneran Pak?” Tanya  ibuku dengan wajah  sumringah
“Iya..!!! rangking 2 dari belakang” jawab bapak sambil  melempar raportku,
Gubrakkkkk……!!!!!!!!!!   Rasa malu, terpukul, sedih, kecewa semua kurasa saat itu, aku langsung berlari menuju kamar, merenungi apa yang terjadi. Kenapa bisa begini????  Nyesek di hati, mau nangis tapi gak bias, cumin bisa diem.  Aku mulai memutar otak kenapa aku bisa begini, mulai dari proses ulangan, sepertinya itu tidak akan membawaku seperti ini, perasaan aku nyontek pada orang yang pinter apalagi dia berhasil masuk 10 besar, tapi aku???
Aku mencoba mengingat keseharianku di kelas, aku duduk di depan dan selalu berusaha memperhatikan guru mengajar.  “KOQ BISA – KOQ BISA..”, kata-kata itu yang selalu berputar putar diotakku.  Lama-lama akhirnya menetes juga air mataku, bukan karena rangking 2 dai belakang tapi mendengar kedua orang tuaku beradu mulut, bapak aku bertriak2, memaki, dan membodohkan aku, ibuku pun hanya bisa menangis karena itu.  Betapa aku telah sangat mengecewakan mereka, aku yang selama ini menjadi kebanggaan mereka sekarang hanya menjadi debu yang membuat mereka malu, bayangkan..aku peringkat 34 dari 35 siswa…bayangkan..apa yang bisa dibanggakan dari itu…
Opo jarene mbak-mbak mu le, nek reti kue, dikudang-kudang seng pinter dewe malah hasile nol.” Perkataan ibuku semakin membuat hatiku sedih, aku hanya bisa terdiam.
Setelah saat hari buruk itu aku mencoba bangkit, mengambil puing2 hati yang pecah, putus asa selalu menghantui ku meskipun sulit tapi selalu belajar mengalahkannya,
“ Ayo kamu pasti bisa, ayo kamu pasti bisa menjadi orang besar,” itu kata2 dariku untuk diriku sendiri yang membuat aku bertahan.  Aku akan selalu mencoba mengalahkan caci maki keluarga dan teman2 dekat, KARENA ITU BUKAN HASILKU. 

Setelah selesai libur kenaikan kelas saatnya untuk kembali belajar, inilah hari baru untuk  membuktikan bahwa diriku itu tidak seperti yang mereka kira.  Mencoba belajar tekun meskipun sering kali tergoda oleh teman2 untuk bermain, tp itu tidak membuatku lemah, selalu berusaha berusaha terus, sampai akhirnya ulangan semester genap, dulu ketika ulangan gak belajar cuman mainan di warnet, BB, sekarang mencoba untuk tidak membaca SMS melainkan membaca buku.  Sampai  1 minggu menjalaninya ulangan itu aku jadikan betul2 evaluasi apa yang aku dapat selama ini, berusaha seminimal mungkin utuk melakukan kecurangan. Sampai waktu itupun terlewati. 

Ketika pembagian raport aku tidak hadir karena masih terbayang ingatan tersebut, Aku takut membuat kecewa lagi. Bapakku pun tidak mau mengambilnya. Akhirnya mamasku yang menggantikan bapakku . Aku hanya bisa termenung dan berdoa di dalam kamar supaya hasilnya lebih baik.  Aku sedikit pesimis karena mencontek orang yang pinter aja begitu hasilnya apalagi sekarang bekerja sendiri.  Akhirnya ketika tengah hari mamasku pulang, aku tidak berani menanyakan raportku, tapi ibuku langsung bertanya, “estu peringkat  19, bu”, .jawab mamasku wow…!!! akupun sedikit tidak percaya, aku langsung melihat sendiri hasilnya dan ternyata itu benar, aku hampir nangis karenannya.  Meskipun belum bisa masuk 10 besar seperti yang diharapkan tapi aku sanggat bangga karena ini benar2 hasilku, ini karyaku, ini lah aku, aku langsung memeluk ibuku sebenarnya ibuku binggung kenapa aku bisa segitu bahagia padahal cuman peringkat 19 tp menurutku  itu bukan hanya sekedar peringkat tapi jerip payah dibalik itu semua. Dan seketika itu aku masuk aku kedalam kamar dan berdoa bertrimakasih kepada Tuhan. 

Akhirnya aku merubah pendapatku, sekarang lebih baik nilai 10 murni daripada 9 nyontek.  Lebih baik semua berasal dari kita sendiri apapun hasilnya karena itulah kita.  Menjadi diri sendiri. Apapun bentuknya percayalah semua indah pada waktunya, jika kita mengalami hal buruk pasti akan ada keindahan dibaliknya, ^_^